Karakter Tokoh Wayang Kulit Bima
Nama: Bima
Nama lain: Werkudara, Bratasena, Bilawa
Karakter: Pendiam, penurut
Senjata: Gada Rujakpala, kuku Pancanaka
Nama lain: Werkudara, Bratasena, Bilawa
Karakter: Pendiam, penurut
Senjata: Gada Rujakpala, kuku Pancanaka
Bima (Dewanagari: भीम; IAST: Bhīma) atau Bimasena (Dewanagari: भीमसेन; IAST: Bhīmaséna) adalah seorang tokoh protagonis
dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti,
dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat,
bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,[1] walaupun sebenarnya berhati
lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara.
Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana. Mahabharata
menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut
dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa.
Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap
mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Tokoh wayang kulit Bima merupakan salah satu
dari lima Pandawa, yang lahir dari pasangan Pandu dengan Dewi
Kunti. Postur tubuhnya hampir dua kali tinggi dan besar rata-rata bangsa
manusia. Matanya tajam, kumis, dan berjenggot tebal.
Bima dengan nama kecilnya Sena. Bima merupakan putra kedua Pandu dengan Dewi Kunti. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala. Bima juga dijuluki Werkudara. Dalam pewayangan Jawa, Bima memiliki anak yaitu Gatotkaca, Antareja dan Antasena.
Bima dengan nama kecilnya Sena. Bima merupakan putra kedua Pandu dengan Dewi Kunti. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala. Bima juga dijuluki Werkudara. Dalam pewayangan Jawa, Bima memiliki anak yaitu Gatotkaca, Antareja dan Antasena.
Karakter : Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah,
patuh dan jujur.
Ia juga memiliki sifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun
sebenarnya hatinya lembut, setia pada satu sikap, tidak suka
berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat
ludahnya sendiri.
Keistimewaan yang dibawanya sejak lahir berupa
sebuah tulang menonkol keluar di antara pangkal ibu jari dan telunjuknya, yang
begitu tajam, kuat, dan keras. Dalam kondisi biasa, tulang itu bisa masuk
terlipat di antara ruas jari, namun saat sedang siaga, tulang itu menonjol
keluar. Panjangnya bisa sampai sepanjang lengan orang dewasa. Nama tulang itu
adalah kuku Pancanaka. Selain itu, Bima memiliki senjata gada bernama Rujakpala.
Bima tidak pandai berkata-kata, karena itu ia lebih memilih diam daripada salah kata. Meskipun ia yang paling besar tubuhnya, namun ia tidak pernah membantah Yudistira, Kakak pertamanya. Saat membuka Negeri Amarta, ia menempati wilayah Jodipati.
Dalam lakon Bima Ruci, ia pernah bertemu Dewa Ruci, yang memberinya petuah-petuah bijaksana. Ini merupakan perjalanan ruhani Bima yang luar biasa.
Dalam cerita Mahabarata, ketika pecah perang Baratayuda, ia banyak menumpas para Korawa, termasuk Duryudana. Di mana, ia menghancurkan paha Duryudana dengan kibasan gada Rujakpala miliknya.
Di akhir kehidupannya, ia turut berkelana bersama saudara-saudaranya ke Gunung Mahameru menjadi pertapa.
Bima tidak pandai berkata-kata, karena itu ia lebih memilih diam daripada salah kata. Meskipun ia yang paling besar tubuhnya, namun ia tidak pernah membantah Yudistira, Kakak pertamanya. Saat membuka Negeri Amarta, ia menempati wilayah Jodipati.
Dalam lakon Bima Ruci, ia pernah bertemu Dewa Ruci, yang memberinya petuah-petuah bijaksana. Ini merupakan perjalanan ruhani Bima yang luar biasa.
Dalam cerita Mahabarata, ketika pecah perang Baratayuda, ia banyak menumpas para Korawa, termasuk Duryudana. Di mana, ia menghancurkan paha Duryudana dengan kibasan gada Rujakpala miliknya.
Di akhir kehidupannya, ia turut berkelana bersama saudara-saudaranya ke Gunung Mahameru menjadi pertapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar